Atas gagasan bersama komunitas diseminasi Hijau itu Kita, Rumah Sastra Mata Dunia sukses menggelar Lomba Baca Puisi Hijau 2023 untuk siswa sekolah menengah se-Provinsi Lampung, di Gedung Dewan Kesenian Lampung, Bandar Lampung, 18-19 Juni 2023.
Kegiatan yang diikuti oleh 63 peserta yang berasal dari SMA/SMK di Bandar Lampung, Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Utara, Lampung Selatan, dan Way Kanan itu dimulai dengan workshop pembacaan puisi pada Minggu (18/6), sehari sebelum pelaksanaan lomba. Para peserta rata-rata didampingi oleh guru atau personal pembina kesenian di sekolah masing-masing.
Pada Senin (19/6), lomba baca puisi dilaksanakan dengan dewan juri penilai para sastrawan asal Lampung yang telah dikenal luas khalayak Indonesia, terdiri dari Edy Samudra Kertagama (Ketua Dewan Juri), Josep Arizandi, dan Aris Prasetyo. Ketiganya adalah penggiat Rumah Sastra Mata Dunia.
Lomba mensyaratkan para peserta untuk membacakan satu puisi wajib dan satu puisi pilihan. Puisi wajib diciptakan khusus oleh Edy Samudra Kertagama, Direktur Artistik Rumah Sastra Mata Dunia dan penyair kenamaan, berjudul Hikayat Daun-daun Hijau, bertema pentingnya kecintaan alam.
Acara ditutup pada Senin (19/6) sore oleh Mochammad Nashir Badri, salah seorang penggagas dan penggiat diseminasi Hijau itu Kita, yang selama ini aktif mempropagandakan konsep-konsep go green, green development, green economy, serta banyak jargon-jargon pelestarian alam dan lingkungan.
“Lewat kegiatan ini, kita berharap generasi muda dapat memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai kecintaan terhadap alam dan lingkungan sebagai penopang utama kehidupan seluruh makhluk Tuhan di bumi. Dalam proses membaca puisi, seseorang diharuskan untuk mampu menginterpretasi dan mengapresiasi tema dalam puisi dimaksud, sehingga tema “hijau” dalam kegiatan ini dapat diresapi sebagai nilai yang penting dalam kehidupan keseharian”, demikian Nashir Badri dalam sambutannya.
Bang Een, panggilan akrab Nashir Badri juga menyampaikan bahwa upaya diseminasi Hijau itu Kita juga akan terus dikembangkan melalui bidang seni lain seperti seni rupa dan seni musik, bahkan bidang-bidang di luar kesenian dan budaya seperti ekonomi kerakyatan dan bidang-bidang sosial. Semakin banyak bidang dan komunitas yang dijadikan sasaran diseminasi, akan semakin banyak orang yang memahami, dan diharapkan upaya-upaya tersebut dapat memberikan kontribusi pada pelestarian alam.
Sangat banyak persoalan lingkungan yang dihadapi dunia saat ini seperti pemanasan global, deforestasi, polusi, degradasi daya dukung daya tampung lingkungan, banjir, longsor, sampah, dan lainnya yang menjadi ancaman serius kehidupan manusia baik saat ini maupun saatnya anak cucu kelak. Untuk itu, sangat diperlukan upaya bersama untuk terus mengembangkan pemikiran dan implementasi pelestarian alam di berbagai bidang kehidupan. Nashir Badri juga berharap, sekecil apapun yang bisa dilakukan melalui diseminasi Hijau itu Kita, dapat membantu upaya penyelamatan bumi dan umat manusia.
Lomba Baca Puisi Hijau 2023 diakhiri dengan evaluasi Dewan Juri dan pengumuman pemenang. Keluar sebagai juara 1 adalah Aprilia Dinda Putri dari SMA Negeri 1 Pringsewu, juara 2 Flannery Waoma (SMA Negeri 2 Bandar Lampung), juara 3 Siti Halimatu Sya’diyah (SMK Nurul Falah Pugung Tanggamus), juara harapan 1 Luthfiah Nur Azizah (SMA Negeri 1 Pringsewu), juara harapan 2 Toni Erwandi (SMK Al Fajar Kasui Way Kanan), dan juara harapan 3 Sera Trahela dari SMA Negeri 2 Kotabumi.
Para juara berhak atas hadiah piala dan sejumlah uang, masing-masing juara 1 sebesar Rp. 1.000.000,00 , juara 2 Rp. 750.000,00, juara 3 Rp. 500.000,00, juara harapan 1 Rp. 350.000,00, juara harapan 2 Rp. 250.000,00, dan juara harapan 3 sebesar Rp. 200.000,00. Selain itu para juara juga memperoleh bingkisan berupa buku-buku sastra. Juara 1 juga berhak membawa pulang Piala Bergilir Puisi Hijau yang akan diperebutkan setiap tahunnya.
Setiap kompetisi memang mengharuskan adanya pemenang, namun pemenang sejati adalah seseorang yang memahami hakikat dari setiap kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan, termasuk di dalamnya membaca dan memahami puisi, ungkap Nashir Badri kepada para peserta. Dalam penutup sambutannya, Nashir juga menyampaikan apresiasi dan kekagumannya kepada para peserta dan para pendampingnya dengan ungkapan; “anda layak disebut KEREN”