Upaya pelestarian lingkungan hidup di era globalisasi menjadi isu penting dalam mendorong perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia yang berkualitas. Persoalan-persoalan lingkungan; pemanasan global, deforestasi, polusi, degradasi daya dukung daya tampung lingkungan, banjir, longsor, sampah, dan lainnya yang menjadi persoalan serius kehidupan manusia baik saat ini maupun saatnya anak cucu kelak. Hal ini menjadi dasar gerakan Diseminasi Hijau Itu Kita yang digagas dan digiatkan beberapa aktivis sosial, budaya, ekonomi dan politik yang concern dengan isu-isu lingkungan dan alam, di antaranya; Mochammad Nashir Badri, Awal Saptono, Hermansyah, S.Sos., dan Nurhadi.
Kecintaan dan kepedulian manusia pada alam dan lingkungan mesti dimulai dari pemahaman terhadap betapa pentingnya peran alam dan lingkungan pada kelangsungan hidup manusia. Pemahaman ini perlu didiseminasi dalam berbagai bentuk di berbagai kalangan, salah satunya adalah kalangan Gen-Z.
Mengutip laman YOT pada tahun 2022, generasi Z (Gen-Z) adalah generasi yang lahir di rentang waktu tahun 1996-2015. Sebagai pembanding, dikenal pula generasi Y yang juga dikenal dengan generasi milenial, yang lahir pada rentang tahun 1980-1995. Keduanya dapat dibedakan oleh beberapa aspek lain selain waktu kelahiran, yaitu cara pandang terhadap teknologi, pengelolaan keuangan, penggunaan media sosial, motivasi karir, dan kompetisi.
Gen-Z tumbuh dengan kondisi yang memiliki akses penuh terhadap smartphone, wi-fi, layanan aplikasi streaming, dan lainnya. Gen-Z juga lebih sedikit menghabiskan uang saat melakukan pembelian produk, dan lebih fokus pada pengeluaran yang bertanggungjawab. Dalam menggunakan media sosial, Gen-Z lebih banyak menggunakan media sosial berbasis video, seperti IG, You Tube, dan Tik Tok. Berbeda dengan generasi milenial yang lebih menikmati platform sosial media seperti Facebook, Linkedln, IG dan Twitter.
Dalam mencari pekerjaan, banyak Gen-Z lebih mementingkan gaji daripada kelebihan lainnya dalam bekerja, dan saat melamar pekerjaan, Gen-Z lebih agresif. Gen-Z juga lebih suka bekerja sendiri dan dinilai berdasarkan kemampuan mereka, bukan dari kerja tim.
Laman Kompas pada awal 2023 menyebut Gen-Z sebagai generasi yang ambisius, mahir tentang hal digital, percaya diri, mempertanyakan otoritas, banyak menggunakan bahasa gaul, lebih sering menghabiskan waktu sendiri, dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Generasi ini juga rentan terkena depresi dan anxiety.
Komunitas gerakan Diseminasi Hijau Itu Kita sebagai corong propaganda, sosialisasi, dan pembelajaran tentang pelestarian lingkungan hidup dan alam, terus membidik Gen-Z dengan berbagai karakteristiknya sebagai salah satu kalangan penting guna mempersiapkan generasi saat ini dan ke depan yang lebih memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan manusia yang lebih berkualitas. Pendekatan terhadap generasi ini akan terus dilakukan melalui bidang-bidang yang terapresiasi lebih oleh Gen-Z, di antaranya adalah seni dan hiburan. “Kita perlu mendekati Gen-Z melalui hal-hal yang disukai mereka, agar misi dan pesan pelestarian, penyelamatan, dan kecintaan terhadap alam dan lingkungan dapat maksimal,” demikian Mochammad Nashir Badri menyatakan, dalam kapasitasnya sebagai penggagas dan penggiat Hijau Itu Kita.
Nashir Badri, akrab dipanggil Bang Een, merencanakan 20 even Gen-Z Music&Talks bertema Eco Friendly yang digelar di Bandar Lampung, dengan mengajak para Gen-Z di kota ini untuk bergabung mengisi dan meramaikan even-even tersebut. “Kita akan memulainya di pertengahan Juli 2023, di tempat yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Senang. Selanjutnya, insya Alloh kita akan adakan even ini di setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung,” tambah Nashir Badri.
Even Gen-Z Music&Talks akan menjadi media ekspresi para Gen-Z dalam bentuk seni dan diskusi. Setiap audiens akan diberi kebebasan untuk mengekspresikan kepedulian, keingintahuan, pemahaman, dan kemampuan mereka akan alam dan lingkungan dalam bentuk kegiatan bermusik dan diskusi. “Kami selaku penggiat akan menfasilitasi dan memberi arahan saja dalam kegiatan tersebut. Karena ruang ekspresi yang bebas dan terarah adalah hal penting dalam proses pemahaman dan ketertarikan adik-adik Gen-Z mengenai isu lingkungan ini,” demikian Awal Saptono yang dalam even ini bertindak floor director.
Lebih lanjut, Nurhadi, penggiat Hijau Itu Kita yang berperan sebagai co-producer dalam even ini, menyatakan bahwa even ditargetkan akan dihadiri maksimal 100 orang peserta dan audiens, agar efektivitas even lebih berkualitas. “Kita akan siapkan fasilitas dan akomodasi pendukung seperti sound system, peralatan musik, serta ruang yang representatif, termasuk juga konsumsi dan prize untuk para peserta even,” ungkap Nurhadi.
Gen-Z Music&Talks akan diramaikan pula oleh kehadiran penggiat-penggiat seni kondang yang akan menjadi motivator bagi para peserta, di antaranya Dana E. Rahmat dan Edy Samudra Kertagama. Dana E Rahmat adalah perupa yang telah menghasilkan ribuan karya, sebagian besar diantaranya bertema alam. Sedangkan Edy Samudera Kertagama adalah sastrawan yang banyak menciptakan puisi dan karya sastra lainnya, sebagian juga mengambil alam sebagai tema ekspresinya. “Bahkan, mas Edy belum lama ini berkolaborasi dengan saya dalam kegiatan Lomba Baca Puisi Hijau untuk pelajar. Dan beliau secara khusus menciptakan puisi berjudul Hikayat Daun-daun Hijau yang bertema lingkungan sebagai puisi wajib yang dibacakan para Gen-Z dalam ajang tersebut,” kata Nashir Badri.
Even Gen-Z Music&Talks juga akan memberikan ruang ekspresi bagi seniman muda. Dalam even kali ini, seorang musisi muda bernama Kreshna Mahendra yang tengah merintis karir seninya akan tampil sebagai music host, di mana ekspresi seni musik para Gen-Z akan dikolaborasikan dengan music skill and taste milik Kreshna. Acara juga akan dipandu oleh seorang gen-Z berbakat, Yahya Nursasongko.
“Kita berupaya pula untuk menciptakan ruang mengasah kreativitas dan kapasitas para Gen-Z dengan mengedepankan isu lingkungan,” jelas Awal Saptono.