Komunitas Diseminasi Hijau Itu Kita sukses menggelar even Gen Z Music&Talks bertema Eco Friendly, pada Sabtu (15/7) di Hijau Itu Kita Center (01) yang berlokasi di wilayah Kecamatan Tanjung Senang, Bandar Lampung. Lebih dari 50 orang berkumpul, sekitar 70 persennya adalah para Gen Z yang secara antusias berdiskusi dan bermusik, bernyanyi bersama.
Adalah Mochammad Nashir Badri, aktivis sosial, budaya, dan lingkungan yang juga seorang politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Lampung, bersama beberapa aktivis lainnya yang menjadi penggagas dan fasilitator even tersebut. Nashir Badri mengungkapkan bahwa even seperti ini penting untuk mendorong pemahaman, ketertarikan dan kepedulian adik-adik generasi Z (usia sekitar 17-24 tahun) akan isu-isu lingkungan dan pelestarian alam yang merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. “Dengan berdiskusi aktif, para Gen Z didorong untuk memahami dan mencoba mengupas hal-hal yang menjadi persoalan lingkungan terkini, ” jelas Bang Een, panggilan Nashir Badri.
Nashir Badri mengintroduksi acara dengan langsung mengajak para Gen Z untuk meresapi betapa manusia sangat membutuhkan alam dalam proses kehidupan. “Dalam setiap tarikan nafas, kita sudah langsung membutuhkan alam sebagai penyedia oksigen. Maka bayangkan saja kalau semua rahmat Tuhan lewat alam dan lingkungan ini kita abaikan,” kata Nashir Badri kepada para Gen Z. Menurutnya, ada banyak sekali persoalan lingkungan yang perlu dikaji, dibicarakan, dan disikapi oleh para Gen Z yang notabene adalah generasi penting penerus kehidupan mendatang, yang memiliki karakter-karakter istimewa seperti tingkat keingintahuan yang tinggi, ekspresif, kritis, ambisius, dan sangat akrab dengan teknologi informasi. Oleh karenanya, Gen Z perlu memperoleh dukungan, motivasi, serta ruang dan momentum untuk terus mengeksplorasi diri dan lingkungan, salah satunya melalui even semacam ini. Selanjutnya Bang Een mempersilahkan kepada para Gen Z memanfaatkan momen diskusi bertema eco friendly ini agar didapat tujuan yang diharapkan.
Diskusi yang dipandu oleh Yahya Nursasongko, seorang Gen Z berbakat mahasiswa FISIP Universitas Lampung itu membahas tiga topik utama dalam tiga sesi diskusi, yaitu persoalan sampah yang kini tengah viral, topik nilai hakiki seorang pencinta alam, dan topik tentang pengembangan kendaraan listrik. Para Gen Z menilai persoalan sampah merupakan persoalan yang kompleks terkait dengan kesadaran masyarakat, gaya dan kebutuhan hidup, serta political will pihak-pihak terkait untuk mengelolanya secara baik dan bijaksana.
Topik nilai hakiki seorang pencinta alam dibahas oleh para peserta diskusi lewat kupasan kritis tentang habit negatif personal tidak bertanggungjawab yang seringkali malah justru merusak alam ketika melakukan perjalanan ke alam bebas seperti gunung dan pantai. Para Gen Z juga mengedepankan pendapat bahwa idealnya kegiatan pencinta alam memberikan nilai positif dan manfaat baik kepada personalnya maupun kepada masyarakat luas, seperti memahami hakikat hubungan yang baik antara alam dan manusia, serta melakukan kegiatan pendataan spesies tumbuhan dan hewan di kawasan alam yang dikunjungi.
Sementara topik terkait pengembangan kendaraan listrik disoroti oleh para Gen Z sebagai hal penting ketika energi listrik yang tersedia idealnya telah dihasilkan oleh proses produksi yang juga eco friendly. Saat ini produksi listrik masih didominasi oleh bahan energi tak terbarukan seperti batu bara. Oleh karenanya, perlu upaya masif berkelanjutan baik dari aspek teknis, budaya, ekonomi dan politik, agar penggunaan kendaraan listrik sebagai pengganti kendaraan berenergi bahan bakar minyak dapat menjadi solusi terbaik dalam rangka menyokong kehidupan umat manusia ke depan. Diskusi topik ini juga diwarnai dengan tukar informasi para Gen Z terkait kelebihan dan kekurangan teknis kendaraan listrik. Sebuah ciri diskusi yang sesuai dengan renjana atau passion para Gen Z yang juga menggandrungi dunia otomotif.
Di sela-sela sesi diskusi, para Gen Z difasilitasi untuk mengekspresikan bakat bermusik dan bernyanyinya dengan diiringi alunan keyboard seorang pemusik Gen Z berbakat, Kreshna Mahendra. Para Gen Z juga beranggapan bahwa aspek estetika adalah bagian penting, terutama di saat rehat dari aktivitas yang serius seperti diskusi, dan juga menjadi media ekspresi yang baik.
Awal Saptono, aktivis Hijau Itu Kita yang bertindak sebagai floor director menyampaikan evaluasi terkait penyelenggaraan even ini. “Even ini telah berupaya mencapai targetnya, di mana para Gen Z cukup berhasil dikondisikan untuk memanfaatkan momen diskusi dan berekspresi seni. Namun demikian, perlu maksimalisasi lagi dalam even berikutnya, terutama dalam hal penyiapan ruang dan waktu, serta pemerataan kapasitas para peserta diskusi,” kata Awal yang juga seorang calon legislator Kota Bandar Lampung ini. Awal menambahkan bahwa pemerataan kapasitas peserta diskusi menjadi penting agar diskusi tidak hanya “dikuasai” oleh beberapa orang saja yang memiliki kapasitas berdiskusi lebih tinggi. Namun secara umum, antusiasme seluruh peserta diskusi dinilai sudah cukup baik.
Sementara Ahmad Nurhadi, co-produser even ini menyatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di kawasan permukiman ini juga memberikan dampak sosialisasi kepada warga sekitar, di mana masyarakat cukup tertarik dengan alat sosialisasi yang memenuhi lokasi kegiatan. “Dengan begitu, masyarakat dapat melihat nilai penting kegiatan, terutama terkait sosialisasi eco friendly,” kata Nurhadi. Nurhadi juga menyatakan bahwa even Gen Z Music&Talks bertema Eco Friendly akan berlanjut ke lokasi-lokasi berikutnya dengan pola-pola yang diharapkan dapat terus memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar.
Even ini juga dihadiri oleh dua seniman kondang yang turut membagi pengalaman komunikasinya dengan alam, yaitu Dana E Rahmat (perupa), dan Edy Samudra Kertagama (sastrawan). Dana mempersilahkan aduiens untuk menikmati beberapa lukisannya yang dipajang sebagai penunjang estetika ruang kegiatan, yang sarat dengan makna hubungan manusia dan alam, dan turut menyampaikan pesan kepada para Gen Z tentang bagaimana alam telah menjadi sumber inspirasi dan materi estetika yang dahsyat. Sementara Edy turut menyampaikan pesan melalui pembacaan dua puisi yang memang ia buat khusus untuk Hijau Itu Kita, yaitu puisi berjudul “Hikayat Daun-daun Hijau” dan “Hikayat Sebatang Pohon”.
Dalam penutupan kegiatan, Nashir Badri memberikan apresiasi kepada para peserta diskusi atas ekspresi dan eksplorasi pemikiran yang dikembangkan dalam diskusi. Dia berharap agar para Gen Z akan semakin aktif meningkatkan kepeduliannya terhadap berbagai persoalan lingkungan melalui berbagai kanal, termasuk aktivitas di media sosial. “Anda semua akan kami rekrut ke dalam jaringan Hijau Itu Kita yang insya Alloh konsisten membawa isu-isu lingkungan sebagai topik diseminasi yang berkelanjutan. Banyak cara yang dapat kita lakukan sebagai insan yang tahu cara berterima kasih kepada alam, sehingga kehidupan yang lebih berkualitas ke depan dapat kita raih,” tutup Nashir Badri yang juga akan maju sebagai calon anggota legislatif Provinsi Lampung tahun 2024 ini.